Senja semestinya tak sesendu ini
Ada banyak bahagia yang seharusnya dibawa angin sore
Ada banyak senyuman yang seharusnya ditinggalkan matahari yang tak kunjung pergi
Namun tak begitu
Kelabu selalu datang di tempat yang tak pernah kita duga
Air mata bisa jatuh kapan saja, entah di cuaca apa
Mungkin kita yang terlalu sibuk percaya bahwa duka tak pernah ada
Hingga akhirnya bebola bening menyegarakan pipi
Beriringan dengan takdir yang jatuh dari langit
Tanpa sebuah pun perkara
Tanpa senoktah pun problema
Lantas duka menjatuhkan diri
pada tempat yang ia suka, termasuk hati manusia
Ditepuk-tepuknya dada kita,
dan sesegera mungkin menutupnya
dengan pintu baja yang tak tampak
Yang tak sekalipun terlihat oleh indera
Agar tak sedikit pun cahaya yang mampu menghidupkannya
Namun, ada kalanya, kita diharuskan percaya
bahwa oleh waktu, kelabu mampu berurai menjadi jingga